Thursday, November 11, 2010

15 Anugerah Allah pada Wanita


Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah s.a.w. Keluar mengiringi jenazah. Baginda dapati beberapa orang wanita dalam majlis tersebut. Lalu Baginda bertanya, “Adakah kamu menyembahyangkan mayat?

” Jawab mereka,”Tidak” Sabda Baginda “Seeloknya kamu sekalian tidak perlu ziarah Dan tidak Ada pahala bagi kamu. Tetapi tinggallah di rumah Dan berkhidmatlah kepada suami nescaya pahalanya sama dengan ibadat kaum orang lelaki.

2. Wanita yang memerah susu binatang dengan ‘Bismillah’ akan didoakan oleh binatang itu dengan DOA keberkatan.

3. Wanita yang menguli tepung gandum dengan ‘Bismillah’, Allah akan berkatkan rezekinya.

4. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti menyapu lantai di Baitullah ( Kaabah).

5. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah akan membinakan 7 parit di antara dirinya dengan api neraka, jarak di antara parit itu ialah sejauh langit Dan bumi.”

6. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utas benang yang dibuat Dan memadamkan seratus perbuatan jahat.”

7. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menganyam akan benang dibuatnya, Allah telah menentukan satu tempat khas untuknya di atas tahta di Hari akhirat.”

8. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang Dan kemudian dibuat pakaian untuk anak-anaknya maka Allah akan mencatit baginya ganjaran sama seperti orang yang memberi makan kepada 1000 orang lapar Dan memberi pakaian kepada 1000 orang yang tidak berpakaian.”

9. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang meminyakkan rambut anaknya, menyikatnya, mencuci pakaian mereka Dan mencuci akan diri anaknya itu, Allah akan mencatatkan untuknya pekerjaan baik sebanyak helai rambut mereka Dan memadamkan sebanyak itu pula pekerjaan jahat Dan menjadikan dirinya kelihatan berseri di Mata orang-orang yang memerhatikannya.”

10. Sabda Nabi s.a.w. : ” Ya Fatimah setiap wanita meminyakkan rambut Dan janggut suaminya, memotong misai Dan mengerat kukunya, Allah akan memberi minum kepadanya dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya sakaratul maut Dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman daripada taman-taman syurga Dan dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka Dan selamatlah IA melintas Titian Shiratul Mustaqim.”

11. Jika suami mengajarkan atau menerangkan kepada isterinya satu masalah agama atau dunia dia akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.

12. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar Dan berjuang ke jalan Allah Dan kemudian menjaga adab rumahtangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat Dan bidadari Dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga Dan menunggu kedatangan suaminya dengan menunggang kuda yang diperbuat daripada permata yakut.

13. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya iaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah. Dunia ini adalah perhiasan Dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri) yang solehah.

14. Salah satu tanda keberkatan wanita itu ialah cepat perkahwinannya, cepat pula kehamilannya Dan ringan pula maharnya (mas kahwin).

15. Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang kepadanya IA menggembirakan kamu, jika engkau memerintahnya IA mentaati perintah tersebut Dan jika engkau bermusafir dia menjaga harta engkau Dan dirinya. Maksud hadis: Dunia yang paling aku sukai ialah wanita solehah.

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama bulan Dzulhijjah (bulan haji)



Gambar Credit kepada Lutfi Lokman (www.na5wa.com)

Sebentar lagi hari-hari kebaikan akan tiba, hari di mana amal saleh yang dikerjakan pada hari-hari itu sangat dicintai Allah, bahkan melebihi jihad fii sabiilillah, itulah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلىَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ – قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ “وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidak ada hari di mana amal saleh pada hari itu lebih dicintai Allah ‘Azza wa Jalla daripada hari-hari ini –yakni sepuluh hari (pertama bulan Dzulhijjah)- para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad fii sabiilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fii sabiilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa-raga dan hartanya, kemudian tidak bersisa lagi.” (HR. Bukhari)

Oleh kerana itu seorang tabi’in yang bernama Sa’id bin Jubair jika memasuki sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah bersungguh-sungguh sekali dalam beribadah, sampai hampir tidak ada seorang yang mampu beribadah sepertinya. Jika kita memperhatikan hadits di atas, maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan:

Bahawa hari-hari di dunia yang paling utama adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Amal saleh yang dikerjakan pada hari itu dilipatgandakan pahalanya.
Allah mencintai amal saleh yang dikerjakan di hari-hari itu.

Tentu semua ini membuat seorang muslim berupaya untuk memanfaatkan hari-hari tersebut dengan ketaatan dan ibadah. Allah bersumpah dengan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah Dalam Al Qur’an, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman,

“Demi waktu fajar—Dan malam yang sepuluh.” (Al Fajr: 1-2)

Banyak ulama salaf yang menafsirkan malam yang sepuluh di sini dengan sepuluh malam yang pertama bulan Dzulhijjah. Di antaranya adalah Ibnu Abbas, Ibnuz Zubair, Ikrimah, Mujahid dan lain-lain.

Pendapat ini dipilih pula oleh Ibnu Jarir Ath Thabariy dan Ibnu Katsir dalam kedua tafsir mereka (lihat Zaadul Masiir karya Ibnul Jauzi 9/103). Dalam surat Al Hajj, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (Al Hajj: 28)

Sebagian ulama yang berpendapat bahwa “hari-hari yang telah ditentukan” adalah sepuluh hari perama bulan Dzulhijjah, di antara mereka adalah Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad berdasarkan riwayat yang masyhur darinya.

Ini juga pendapat kebanyakan ulama salaf sebagaimana diriwayatkan oleh Mujahid dari Ibnu Umar, Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas. Dan pendapat inilah yang dipegang oleh Al Hasan, ‘Athaa’ dan lain-lain. Hari apakah yang paling utama di antara sepuluh hari ini? Di antara sepuluh hari ini yang paling utama adalah adalah hari haji akbar yaitu hari nahr (10 Dzulhijjah), berdasarkan hadits berikut:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُرْطٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ * (ابوداود)

Dari Abdullah bin Qurth dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah Tabaaraka wa Ta’aala adalah hari nahar, lalu hari qar (setelah hari nahar).” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Hakim)

Kemudian “Hari apakah yang lebih utama antara 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dengan 10 hari terakhir bulan Ramadhan?” Ibnul Qayyim rahimahullah menjawab, “Malam 10 hari terakhir bulan Ramadhan lebih utama daripada malam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, sedangkan siang hari 10 pertama bulan Dzulhijjah lebih utama dari siang hari sepuluh terakhir bulan Ramadhan.

Dengan perincian ini kesamaran akan hilang. Yang menunjukkan demikian juga adalah karena malam 10 terakhir bulan Ramadhan memiliki kelebihan dengan lailatul qadrnya, di mana hal itu terjadi di malam hari, sedangkan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki kelebihan di siang harinya, karena terdapat hari nahr, hari ‘Arafah dan hari tarwiyah (8 Dzulhijjah).

” Di antara amal saleh yang disyari’atkan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah Setelah kita mengetahui keutamaan beramal saleh di sepuluh hari ini, maka berikut ini di antara amal-amal saleh yang disyari’atkan pada hari-hari tersebut:

1. Melaksanakan ibadah Haji dan Umrah

Haji dan Umrah termasuk amalan yang sangat utama yang balasannya adalah surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ اِلاَّ الْجَنَّةُ

“Dan hajji mabrur, tidak ada balasan untuknya selain surga.” (HR. Muslim)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Barang siapa yang berhajji dengan tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat kefasikan, maka ia akan kembali seperti hari ketika dilahirkan ibunya.” (HR. Bukhari-Muslim)

2. Memperbanyak solat sunat setelah mengerjakan yang fardhunya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

“Hendaknya kamu memperbanyak sujud (yakni dengan banyak melakukan shalat sunat) karena Allah, karena tidaklah kamu bersujud kepada Allah sekali saja, kecuali Allah akan mengangkat derajatmu karenanya dan menggugurkan dosamu karenanya.” (HR. Muslim)

Dan hendaknya seseorang menjaga shalat fardhu yang lima waktu dengan berjama’ah, karena besarnya pahala pada shalat berjama’ah. Apalagi bertepatan dengan hari-hari yang utama (10 hari pertama bulan Dzulhijjah).

3. Berpuasa selama sembilan harinya (yakni dari tangal 1-9), terutama hari ‘Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah). Berdasarkan hadits yang tsabit (sah) dalam riwayat Ahmad dan Nasa’i dari Hafshah radhiyallahu ‘anha sbb:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ

“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa sembilan hari bulan Dzulhijjjah, hari ‘Asyura (10 Muharram) serta tiga hari dalam setiap bulan.”

Imam Nawawiy menjelaskan bahwa puasa tersebut sangat dianjurkan sekali. Bahkan ini adalah pendapat jumhur ulama tanpa ada perselisihan lagi, dan mereka sepakat tentang keutamaannya (lih.

Haasyiyah Ar Raudhil Murabba’ 3/452) Lebih ditekankan lagi pada tanggal sembilannya (yakni hari ‘Arafah) bagi yang tidak berada di ‘Arafah. Tentang keutamaannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

“Berpuasa pada hari ‘Arafah dapat menghapuskan dosa di tahun yang lalu dan setelahnya.” (HR. Muslim)

4. Bertakbir dan berdzikr pada hari-hari tersebut.

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’aala:

“Dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.”( Al Hajj: 28)

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir, lalu orang-orang mengikuti takbirnya. Dan sangat dianjurkan bertakbir setelah shalat Subuh hari ‘Arafah sampai akhir hari tasyriq, berikut ini lafaz takbirnya:

اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَاِالهَ اِلَّا اللهُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُوَ ِللهِ اْلحَمْدُ

“Allah Maha Besar 2X, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar, milik-Nyalah segala puji.”

Imam Ahmad pernah ditanya, “Berdasarkan hadits apa anda berpendapat bahwa takbir diucapkan setelah shalat Subuh hari ‘Arafah sampai akhir hari tasyriq?” Ia menjawab, “Berdasarkan ijma’; yaitu dari Umar, Ali, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhum.

” Dianjurkan menjaharkan suara takbirnya ketika di pasar, rumah, jalan-jalan dsb. Sunnahnya adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri (tidak dipimpin). Ini berlaku pada semua dzikr dan do’a, kecuali karena tidak hapal sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain.

5. Berkurban pada hari nahar (10 Dzulhijjah) atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 Dzulhijjah) bila tidak sempat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

“Barang siapa yang memiliki kemampuan, namun tidak berkurban, maka janganlah sekali-kali mendekati tempat shalat kami (lapangan shalat ‘Ied).” (Shahih At Targhiib 1087)

Sebagian ulama berpendapat wajibnya berkurban bagi yang mampu berdasarkan hadits ini. Bagi yang hendak berkurban dilarang mencabut atau memotong rambut dan kukunya, sampai ia berkurban berdasarkan hadits riwayat Muslim berikut:

« إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ » .

“Apabila kalian melihat hilal (bulan sabit tanda tanggal satu) Dzulhijjah, sedangkan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka tahanlah (jangan dicabut) rambut dan kukunya.” (HR. Muslim)

Larangan ini menunjukkan haram, namun jika orang yang hendak berkurban melakukannya, maka cukup dengan bertobat. Larangan ini menurut zhahirnya hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk isteri dan anak-anaknya jika ia mengikutsertakan mereka dalam pahala kurban.

Dan dibolehkan membasahi rambut dan menggosoknya meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok. Faedah: - Jika ia memiliki kurban lebih dari satu, maka dengan menyembelih kurban yang pertama ia boleh mencabut atau memotong rambut dan kukunya itu.

- Jika seseorang yang hendak berkurban itu mewakilkan penyembelihannya kepada orang lain, maka orang lain itu tidak mengapa mencabut atau memotong rambut dan kukunya, karena yang dilarang adalah orang yang berkurban itu, bukan wakilnya.

6. Banyak beramal saleh.

Dianjurkan memperbanyak amal saleh lainnya seperti shalat sunnah, sedekah, membaca Al Qur’an, birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), silaturrahim dsb. Demikian juga memenuhi kebutuhan kaum muslimin, menghibur orang yang tertimpa musibah di kalangan mereka serta membantu mereka.

7. Bertaubat dari dosa dan maksiat serta menjauhi larangan Allah.

Dengan bertobat seseorang akan mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah serta mendapatkan rizki dan keberkahan dari-Nya. Sedangkan tentang kewajiban menjauhi larangan Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَغَارُ وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِىَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ عَلَيْهِ » .

“Sesungguhnya Allah cemburu, orang mukmin pun cemburu, dan kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin mengerjakan larangan-Nya.” (HR. Muslim)

8. Melaksanakan shalat Idul Adh-ha.

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyari’atkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan, maka janganlah menjadikannya sebagai hari keangkuhan dan kesombongan; janganlah menjadikannya sebagai kesempatan bermaksiat dan bergelimang di atas maksiat,

seperti: nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukkan dan sejenisnya yang dapat membuat amal kebaikan yang dikerjakannya selama sepuluh hari terhapus. Khaatimah Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan,

berdzikr dan bersyukur kepada Allah. Melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan serta memanfaatkan kesempatan ini agar memperoleh rahmat dan ridha-Nya.

Ditulis oleh Abu Yahya Marwan Bin Musa, Disebarkan Melalui www.arabic.web.id

Maraaji’: Khutbah tentang Fadhlu ‘asyri Dzilhijjah wa maa yuf’alu fiihaa min a’maal, risalah tentang keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah (karya Syaikh Abdullah Al Jibriin), Ahaadits ‘Asyri Dzil hijjah (Abdullah bin Saleh Al Fauzan), Fiqhus Sunnah, Zaadul Ma’ad dll.

Fadhilat Menghafaz Al Quran


Bagi penghafaz al-Quran (Hamlatul Quran), atau secara umumnya masyarakat lebih mengenali penghafaz al-Quran dengan gelaran “al-Hafiz”, akan mendapat 2 ganjaran :

Ganjaran di dunia.
Ganjaran di akhirat.
Ganjaran di dunia.:

Selain ganjaran-ganjaran di akhirat yang dijanjikan dalam Hadis Nabi S.A.W terhadap golongan Hamlatul Quran, terdapat juga ganjaran di dunia yang diberikan terhadap mereka. Rakan saya Ustaz Asraff menyatakan bahawa :

Penghafaz al-Quran merupakan VVIP Allah S.W.T di dunia.“Sesungguhnya Allah memiliki kerabat-kerabatnya di kalangan manusia. Lalu mereka bertanya : Siapakah mereka ya Rasulullah S.A.W? Jawab baginda : Mereka adalah ahli al-Quran, merekalah kerabat Allah (Ahlullah) dan orang-orang pilihannya.

” (Riwayat Ibnu Majah)Penghafaz al-Quran juga diangkat sebagai pemimpin.
“Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya.” (Riwayat Muslim)
Penghafaz al-Quran mendapat certificate (pengiktirafan) dari Nabi S.A.W.

“Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, “Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal al-Quran, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (Riwayat Bukhari)

Al-Quran menjanjikan kebaikan.“Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari Al Qur’an dan yang mengajarkannya” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Ganjaran di akhirat

Ibu bapa penghafaz al-Quran mendapat kemuliaan.Sesiapa membaca Al Quran dan beramal dengan apa yang terkandung dalamnya maka kedua-dua ibu bapanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat yang sinaran mahkota itu akan melebihi daripada cahaya matahari ,

sungguhpun matahari itu berada di dalam rumah-rumah kamu di dunia ini. (Riwayat Imam Ahmad , Abu Daud)Penghafaz al-Quran akan mendapat syafaat (penolong)
Dari Abi Umamah ra.

ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah olehmu al- Quran, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafaat pada hari kiamat kepada para pembacanya (penghafalnya).”(Riwayat Muslim)

Penghafaz al-Quran mendapat bonus berlipat kali ganda.Sesiapa yang membaca satu huruf daripada kitab Allah (al-Quran) maka baginya (pembaca) dengannya (al-Quran) pahala dan pahala digandakan sepuluh sebagaimananya. Aku tidak kata bahawa “alif laam mim” itu satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim itu satu huruf (Riwayat Tarmizi)

Oleh itu tidak hairanlah ramai ibu bapa berlumba-lumba mengimpikan anak-anaknya menjadi penghafaz al-Quran. Marilah kita berdoa agar dalam keluarga kita mempunyai sekurang-kurangnya seorang penghafaz al-Quran.

Thursday, November 4, 2010

Adab Memberi Nasihat


Daripada Abu Ruqaiyyah Tamim ibn Aus al-Daarie r.a. bahawa Nabi SAW telah bersabda: “Agama itu adalah nasihat.” Kami berkata: “Untuk siapa?” Baginda bersabda: “Untuk Allah, untuk kitabNya, untuk RasulNya, untuk para lmam kaum muslimin dan untuk umat lslam seluruhnya.”

Hadis riwayat al-lmam Muslim.

Di dalam hadith ke-7 dalam Kitab Hadith 40 yang telah disusun oleh Imam Nawawi ini, jelas telah digambarkan oleh Rasulullah SAW tentang perihal pentingnya nasihat menasihati di dalam perkara kebaikan. Nasihat juga digambarkan besarnya seperti sebuah Agama Islam, menunjukkan bahawa Islam ini melingkari seluruh aspek kehidupan seharian kita.

Pengertian nasihat

Agama Islam adalah agama Allah, dan agama menurut Rasulullah SAW adalah nasihat yang terbaik untuk umatnya. Dalam Bahasa Arab, nasihat membawa maksud yang dinasihati akan mendapat faedah daripada nasihat yang telah diberi. Ia juga membawa erti bahawa yang menasihati hendaklah menggunakan perkataan yang terbaik dan ikhlas bersih dari maksud yang tidak baik.

Adab-adab memberi nasihat

1. Meluruskan niat sebelum menasihati seseorang supaya tidak ada yang berasa disakiti. Ikhlas menasihati saudara semuslim semata-mata karena Allah. Seharusnya seorang yang ingin memberikan nasihat itu perlulah bersih dari segala bentuk niat yang terpesong kerana ia akan memberi kesan ke atas nasihat yang ingin diberikan. Janganlah menasihati seseorang itu kerana ingin menunjukkan kitalah orang yang benar, tetapi tegurlah kerana ingin mengajak sahabat ke jalan yang benar.

2. Menjaga ukhuwah semasa menasihati. Diusahakan supaya menasihati saudaranya dengan tidak diketahui orang lain. Sebahagian ulama berkata, “Barangsiapa yang menasihati seseorang dan hanya ada mereka berdua, maka itulah nasihat yang sebenarnya. Barangsiapa yang menasihati saudaranya di depan banyak orang, maka yang demikian itu mencela dan mencelakan orang yang dinasihati.

” Islam mengajar umatnya supaya mempunyai akhlak yang tinggi. Dalam hal menasihati juga terdapat perkara ini. Ini menunjukkan bahawa Islam amat menjaga hati dan maruah orang yang dinasihati supaya tidak berlaku perpecahan kerana perkara nasihat.

3. Bersih hati semasa menasihati. Menggunakan bahasa yang halus dan menegur hanya untuk perkara-perkara yang salah. Kadang-kadang kita sering menggunakan perkataan yang sangat teruk untuk meluahkan nasihat kita.

Dalam ceramah-ceramah dan kuliah-kuliah yang berbentuk menasihati, kita lebih gemar menyatakan salah orang lain seolah-olah mereka yang melakukan perkara tersebut sangat jahat dan sudah tiada ruang untuk bertaubat. Seharusnya selaku seorang pendakwah, nasihat adalah senjata utama yang perlu digunakan sebaiknya.

4. Memikirkan cara yang terbaik untuk menasihati saudara. Seboleh-bolehnya mengenali dulu saudara yang bakal kita nasihati itu. Nasihatilah mereka dengan kasih sayang dan jadilah sebahagian dari mereka, kerana dari situ kita akan tahu apa puncanya mereka begitu.

5. Memberi waktu dan kesempatan kepada saudara yang dinasihati untuk mengubah sifat buruk/ kesalahan yang dilakukannya. Manusia perlukan masa untuk berubah, jangan memaksa mereka untuk berubah mendadak, ia bukan dalam lingkungan tugas seorang pendakwah. Dalam berdakwah perlu akan sifat sabar dan berserah kepada Allah. Jadilah orang yang sentiasa mengharap pertolongan Allah dan jangan mudah putus asa di atas nasihat yang diberikan kerana itu mungkin ujian yang telah ditentukan oleh Allah untuk menguji kesabaran.

Ayuh semua sahabatku, kita renungkan kembali perkara yang telah kita lakukan selama ini, nasihat yang telah kita berikan kepada orang lain atau nasihat yang diperolehi daripada orang lain, adakah kita sudah melaksanakan amanah ini? Jangan jadi golongan yang hanya tahu menasihati sedangkan mereka tidak sedia untuk dinasihati.

Nilai Sebutir Nasi

Orang tua berkata jangan buang nasi kerana nasi yang terbuang tu menangis. Sebenarnya kata-kata ini menggalakkan kita supaya jangan membazir walaupun sebutir nasi. Orang kita kalau makan nasi memang biasa terbuang nasi.

Bukan hanya sebutir nasi malah berbutir-butir nasi yang melekat di jari terus dibasuh tangan. Malah ramai yang membuang bukan sebutir sepinggan dan mungkin seperiuk pun ada kerana tak habis makan.

Bayangkan jika setiap orang di Malaysia membuang hanya 3 butir nasi sekali makan. Rakyat Malaysia pada Jun 2010 ialah 28.9 juta orang menurut Utusan Malaysia.

Jika setiap kali seorang membuang setiap kali makan cuma 3 butir nasi, sudah menjadi 86.7 juta butir nasi. Ini paling sedikit, benarkah orang kita hanya membuang 3 butir nasi setiap kali makan?

Bayangkan dalam 1 kg beras mengandungi 50,000 butir beras. Jadi dalam 86 700 000 butir nasi di bahagi dengan 50, 000 sudah menjadi 1734 kilo beras terbuang sehari!

1 kilo beras boleh cukup untuk makan seramai 10 orang, maka 1734 kilo beras boleh memberi makan kepada :
1734 X 10 = 17,340 orang.

Ini untuk sekali makan, kebiasaan orang kita makan nasi 2 kali sehari, bayangkan…Sehari boleh menyuap untuk 34,680 orang bagaimana kalau sebulan? Bagaimana kalau setahun?

Mereka yang memerlukan,

Oleh itu janganlah membazir walau pun sebutir nasi. Sebutir nasi sejuta keringat. Jangan membuang walaupun sebutir nasi! Mungkin ini antara hikmah Rasulullah SAW mengajar kita menjilat jari selepas makan supaya sebutir nasi pun tidak membazir.

Jenis Jenis Cinta Dalam Islam


INTRO
Cinta ini mengasyikkan sehingga si Majnun melupakan dirinya dan asyik mengingati kekasihnya laila. Dia berkata dalam rangkap syairnya:

“ Aku cuba untuk melupakan untuk mengingatinya tetapi seolah-olah
Laila menjelma dalam diriku pada setiap keadaan”

Setiap manusia ada benda yang dicintainya samada wanita, harta, tahkta, dunia, dirinya dan sebagainya. Kita hendak lihat ditahap mana cinta kita. Di bawah ulama telah menggariskan lima jenis cinta.

LIMA JENIS CINTA

Lima jenis cinta adalah seperti berikut:

PERTAMA: Cinta kepada Allah swt. Cinta Allah sahaja tidak cukup untuk bebas dari azab Allah swt kerana orang-orang musyrikin dan penyembah berhala juga mencintai Allah swt. Mereka mempunyai jenis cinta yang keempat iaitu syirkul mahabbah.

KEDUA: Menyintai apa yang Allah cintai. Inilah yang membezakan diantara orang Islam dan orang kafir. Orang yang paling disayangi oleh Allah adalah orang yang paling kuat cinta jenis ini. Apa yang dicintai oleh Allah swt adalah begitu banyak disebut dalam al-Quran dan hadis Rasulullah saw. Antaranya yang disebut dalam al-Quran adalah:

“Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh.”

Ayat 4 surah as-Saff.

Ada lapan golongan yang dikasihi Allah seperti dalam al-Quran iaitu 1. Al-Muttaqun. 2. Al-Muhsinun. 3. As-Sabirun. 4. At-Tawwabun. 5. Al-Mutatahhirun. 6. Al-Mutawakkilun. 7. Al-Muqsitun 8. Al-Muqatilun fi sabilillah. InsyaAllah saya akan terangkan dalam artikel akan datang.

Adapun perkara yang dikasihi Allah swt dalam hadis adalah seperti berikut:

“ Seseiapa yang cinta untuk bertemu dengan tuhan , Allah juga cinta untuk menemuinya.”

Hadis sahih Bukhari (2443)

Allah swt berfirman dalam hadis qudsi:

“ Tidak ada perkara yang lebih mendekatkan hambaku denganku daripada kefarduan yang aku fardukan kepadanya. Hambaku sentiasa mendekatkan diriku dengan amalan-amalan sunat sehinggalah aku kasih kepadanya.”

Hadis sahih riwayat Bukhari (6137)

KETIGA: Menyintai sesuatu kerana Allah swt.

Nabi saw bersabda:

“ Sesiapa yang menyintai kerana Allah, membenci kerana Allah, memberi kerana Allah dan menegah kerana Allah sesungguhnya telah sempurna imannya.”

Hadis riwayat Tirmizi (2521), Abu Daud, Ahmad dan Hakim dengan sanad yang hasan.

Nabi saw juga bersabda:

“ Tidak ada dua orang lelaki berkasih sayang kerana Allah melainkan yang terbaik diantara keduanya adalah yang paling mengasihi saudaranya.”

Hadis riwayat Hakim dan diakui oleh zahabi akan kesahihannya.

KEEMPAT: Cinta sekutu (partnership love) atau syirkul mahabbah

Setiap benda yang dicintai bukan kerana Allah dan bukan diperintah oleh Allah maka dia telah mensyirikkan cinta. Ramai yang menyintai Allah , tapi dalam masa yang sama dia menyintai benda lain bukannya kerana Allah. Inilah yang dirakamkan dalam al-Quran:

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”

Ayat 165 surah al-Baqarah

KELIMA: Cinta yang semula jadi.

Inilah yang disebut oleh Allah swt dalam kitab suci al-Quran:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Ayat 14 surah Ali Imran

Imam Ibnu Qayyim berkata:

“ Cinta ini tidak dicela kecuali sekiranya melalaikan dari mengingati Allah dan menjauhkan dari cintaNya.”

Firman Allah swt:

"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi."

Ayat 9 surah al-Munafiqun.

Cara Mengawal Kemarahan


MARAH

“Saya seorang yang pemarah”… Bila saya terbaca artikal ini… saya rasa diri saya terlalu kerdil…saya sedar terlalu banyak kekurangan dalam diri saya… kadangkala terfikir juga… entah bagaimana rupa saya ketika marah…huhuhu…tentu hodoh kan!!!…

IMAM Syafie ada menegaskan: “Marah adalah satu di antara panah syaitan yang mengandungi racun. Oleh itu hindarilah ia agar kamu dapat menewaskan syaitan dan bala tenteranya.”.

Apabila marah dituruti, ia akan membakar kebaikan seperti api membakar kayu dan tiada yang tertinggal kecuali debu. Bagi menghilangkan perasaan marah ada beberapa panduan yang boleh diikuti, iaitu:

1. Perlu berasa malu dengan Allah atas segala tindakan kita. Allah memerhatikan segala tindakan dan sikap biadab kita.

2. Apabila datang perasaan hendak marah, ingatlah kita ini hanya manusia yang hina.

3. Banyakkan berdiam diri dan berdoa kepada Allah supaya Allah selamatkan kita daripada sifat marah.

4. Hendaklah ingat kesan daripada sifat marah. Ia mungkin membawa kepada permusuhan dan balas dendam daripada orang yang kita marahi.

5. Cuba bayangkan betapa buruknya rupa kita ketika marah. Ia lebih buruk daripada perlakuan seekor haiwan apabila kita dalam keadaan marah.

6. Apabila datang perasaan marah, banyakkan membaca istighfar kerana marah itu datang daripada syaitan.

7. Apabila marah sedang memuncak, ambillah wuduk kerana ia dapat menenangkan api kemarahan yang sedang membara.

8. Jika marah tidak dapat hilang dengan melakukan perkara seperti di atas, hendaklah tidur. Ini kerana ia dapat meredakan perasaan marah apabila bangkit dari tidur nanti.

9. Tauhid kita perlu tepat. Setiap sesuatu itu datang daripada Allah dan akan kembali kepada Allah. Kenapa kita perlu marah?

10. Apabila kita bersalah, kita tidak suka orang memarahi kita. Begitu juga dengan orang lain yang melakukan kesilapan, tidak suka dimarahi, sebalik ditegur secara baik.

11. Satu cara lagi, apabila marah datang, sedangkan kita berdiri, duduklah. Apabila duduk, bersandarlah. Insya-Allah marah akan mula reda.